Permainan ini umumnya juga dimiliki oleh daerah lain, dengan nama yang berbeda-beda. Secara umum, masayarakat biasanya menyebut permainan ini dengan nama Engrang, atau jangkungan. Namun, bagi masyarakat Rongkong, permainan ini disebut dengan nama Ma’Dengka-Dengka.
Menggunakan galah atau tongkat yang diberi pijakan dengan maksud untuk memberikan jarak antara telapak kaki dengan tanah. Sesuai penuturan warga setempat, Ma’dengka-Dengka ini dahulu digunakan oleh masyarakat jika musim banjir terjadi, atau untuk melintasi sungai agar tidak basah terkena air.
Seiring waktu, Ma’dengka-dengka pun dijadikan oleh masyarakat setempat sebagai permainan masyarakat setempat. Biasanya juga kerap dilombakan, caranya yakni mengadu kecepatan melintasi jalur khusus yang sudah disiapkan, siapa yang paling cepat mencapai garis finish maka dialah pemenangnya.
Seperti pemandangan yang terlihat di Festival Sungai Rongkong yang digelar Pemerintah Kecamatan Sabbang dengan Forum Komunikasi Pemuda Pemudi Sabbang (FKPPS) di Desa Pararra, Kecamatan Sabbang. Sejumlah permainan tradisional yang bahkan sudah jarang terlihat dimainkan, seperti Ma’cukke, Ma’gasing, Lomba Rakit, kembali dipopulerkan oleh panitia pelaksana, termasuk permainan Ma’dengka-dengka itu sendiri.
Wandi Patriawan (27), warga setempat mengatakan jika pegelaran festival Sungai Rongkong ini seperti mengingatkan kembali romantisme masa lalu, karena banyak permainan tradisional yang sudah mulai terlupakan, kembali dipopulerkan di kegiatan ini.
“Memang benar, permainan tradisional Rongkong sangat banyak, dan seiring waktu sudah mulai terlupakan, kami mendukung penuh kegiatan seperti ini agar budaya tanah Rongkong tidak hilang termakan zaman,” ujar Wandi.
Sementara itu, Koordinator FKPPS Hasrum Jaya mengatakan kegiatan Festival Sungai Rongkong ini memang dimaksudkan untuk membuka kembali kebudayaan Tanah Rongkong yang sudah mulai pudar agar masyarakat tidak melupakannya.
“Semoga saja, kegiatan ini bisa tetap menjadi agenda tahunan agar kegiatan budaya seperti ini tidak terkubur zaman, dan masyarakat dapat tetap mempertahankan budaya Rongkong,” ujar Hasrum. (b)
Asdhar
0 komentar:
Posting Komentar